Fahsal Sunat
Tanggal 17 Juni 2015, tepat sehari sebelum Ramadhan 1436 H, lebih tepatnya lagi pukul 11.30 WIB ada peristiwa yang harus kami catat. Hari itu adalah hari spesial buat Fashal, karena pada hari rabu tersebut hari dimana Fashal disunat.
Tentunya kita "laki-laki" punya kenangan masing-masing saat peristiwa sakral itu terjadi. Sunat itu seperti belajar pertama kali bersepedah, takut-takut tapi mau. Takut karena sering dengar cerita yang seram-seram dari temant-teman dan kakak-kakak. Sunat nanti "titit" nya disuntik, abis itu kebayangkan ujungnya akan dipotong. Tapi pengen karena yang pasti Abi dan Umi dan juga Engkong dan Nyai sudah menjanjikan macem-macem. Pengen setelah diceritakan seram diakhiri dengan cerita tentang persen (ini istilah agak aneh, apa coba hubungan persen (%) dengan sunat).
"Aku dulu dapat persen 3 juta", kata Laskar
Khansa nyambung, "Tapi kan Laskar nangis sambil pegang kuping waktu di suntik, terus abis obat biusnya habis teriak-teriak kayak cacing kepanasan"
"Sunat sakitnya kayak dicubit doang", kata Abi nimpalin
"Bener ya sakitnya kayak dicubit doang", Fahsal akhirnya bersuara
Ternyata hasrat menghubungkan antara sunat dengan sepeda lebih canggih dibandingkan dengan cerita seram yang suka dibumbui tersebut. Fashal akhirnya pasrah untuk bisa mendapatkan sepeda dan persen.
"Bener ya sakitnya segitu aja ?, janji ya dipersen dan dapat sepeda yang banyak?", Fashal final.
Yes, akhirnya Fahsal mau. Sekarang saatnya kita cari tempat sunat.
Waktu Laskar sunat dulu, kita menggunakan jasa mantri sunat yang sudah berpengalaman puluhan tahun didaerah gedong tiga Cipondoh. Sunatnya menggunakan laser elektrik. Enggak sampe 10 menit beres. Kalo Nyai dan Engkong pengennya disana, karena sudah terjamin bahasanya. Hasilnya bisa dilihat di om-om (Imam dan Khalid), sampe sekarang aman-aman aja. Tapi sayang waktunya tidak pas. Ada juga didekat rumah di Astek Lengkong Gudang (cuma 50 meter aja dari rumah), tapi buka-nya hanya pagi abis subuh saja. Sedangkan Fashal saat ini masih banyak kegiatan-kegiatan: Perpisahaan sekolah, outbound di taman kota 2. Jadilah akhirnya kita cari tempat sunat yang kita datang sesuai waktu kita. Pilih punya pilih, telepon punya telepon, jadilah kami jalan ke Rumah Sunatan di jalan raya serpong (dekat pertigaan gading serpong).
Datang kesana pukul 10am, baru dapat giliran pukul 11.15am, ternyata banyak juga yang mau sunat disana. Muslim dan non-Muslim juga sunat disana ternyata. Ada yang gendut, kurus, muda dan dewasa yang sunat disana. Pelayanannya ok, waktu mau sunat anak dikasih iPad agar sunatnya sambil main game. Mungkin biar perhatiannya teralihkan saat mau disuntik bius lokalnya.
Hebat sekali Fashal, beda dengan kakaknya, Laskar, tidak ada nangis saat disuntik obat bius. Mungkin karena keasikan main game, atau ditahan saja sama dia karena malu kalau nangis. Dirumah sunatan, sistem yang dipakai adalah smart klep (googling aja teknologinya), katanya ditemukan di Turki. Ternyata prosesnya juga tidak lama, hanya 10-15 menit saja. Tambahan hanya diberikan obat penghilang rasa nyeri yang dimasukkan melalui pantat.
Seperti sudah diperkirakan sebelumnya, sebagus-bagus obat penenang, kalo dosisnya sudah habis, tetapi saja akan terasa. Sesampai dirumah, mungkin karena efek obatnya sudah habis, timbul rasa sakit. Akhirnya Fashal menangis juga.... walau tidak seheboh kakaknya, Laskar. Nangisnya sebentar saja, dan langsung senyum setelah di persen sama abang dan kakak nya. Wow masing-masing abang dan kakaknya kasih 50 ribu. Itu uang hasil dari bantu umi dan abi kerja gotong royong dirumah. Semakin mantab setelah Abi ikut persen dan lanjut sama Umi. Tidak dikira ternyata tetangga kiri kanan juga pada datang untuk persen. Senangnya hati ku ....... sekarang tinggal nunggu persen dari Cipondoh.
Lengkong, 18 Juni 2015, 1 Ramadhan 1436 H
Tentunya kita "laki-laki" punya kenangan masing-masing saat peristiwa sakral itu terjadi. Sunat itu seperti belajar pertama kali bersepedah, takut-takut tapi mau. Takut karena sering dengar cerita yang seram-seram dari temant-teman dan kakak-kakak. Sunat nanti "titit" nya disuntik, abis itu kebayangkan ujungnya akan dipotong. Tapi pengen karena yang pasti Abi dan Umi dan juga Engkong dan Nyai sudah menjanjikan macem-macem. Pengen setelah diceritakan seram diakhiri dengan cerita tentang persen (ini istilah agak aneh, apa coba hubungan persen (%) dengan sunat).
"Aku dulu dapat persen 3 juta", kata Laskar
Khansa nyambung, "Tapi kan Laskar nangis sambil pegang kuping waktu di suntik, terus abis obat biusnya habis teriak-teriak kayak cacing kepanasan"
"Sunat sakitnya kayak dicubit doang", kata Abi nimpalin
"Bener ya sakitnya kayak dicubit doang", Fahsal akhirnya bersuara
Ternyata hasrat menghubungkan antara sunat dengan sepeda lebih canggih dibandingkan dengan cerita seram yang suka dibumbui tersebut. Fashal akhirnya pasrah untuk bisa mendapatkan sepeda dan persen.
"Bener ya sakitnya segitu aja ?, janji ya dipersen dan dapat sepeda yang banyak?", Fashal final.
Yes, akhirnya Fahsal mau. Sekarang saatnya kita cari tempat sunat.
Waktu Laskar sunat dulu, kita menggunakan jasa mantri sunat yang sudah berpengalaman puluhan tahun didaerah gedong tiga Cipondoh. Sunatnya menggunakan laser elektrik. Enggak sampe 10 menit beres. Kalo Nyai dan Engkong pengennya disana, karena sudah terjamin bahasanya. Hasilnya bisa dilihat di om-om (Imam dan Khalid), sampe sekarang aman-aman aja. Tapi sayang waktunya tidak pas. Ada juga didekat rumah di Astek Lengkong Gudang (cuma 50 meter aja dari rumah), tapi buka-nya hanya pagi abis subuh saja. Sedangkan Fashal saat ini masih banyak kegiatan-kegiatan: Perpisahaan sekolah, outbound di taman kota 2. Jadilah akhirnya kita cari tempat sunat yang kita datang sesuai waktu kita. Pilih punya pilih, telepon punya telepon, jadilah kami jalan ke Rumah Sunatan di jalan raya serpong (dekat pertigaan gading serpong).
![]() |
Menunggu Antrian |
Datang kesana pukul 10am, baru dapat giliran pukul 11.15am, ternyata banyak juga yang mau sunat disana. Muslim dan non-Muslim juga sunat disana ternyata. Ada yang gendut, kurus, muda dan dewasa yang sunat disana. Pelayanannya ok, waktu mau sunat anak dikasih iPad agar sunatnya sambil main game. Mungkin biar perhatiannya teralihkan saat mau disuntik bius lokalnya.
![]() |
Setelah di bius lokal |
![]() |
Aku Main Ipad Saat Proses Sunat |
Hebat sekali Fashal, beda dengan kakaknya, Laskar, tidak ada nangis saat disuntik obat bius. Mungkin karena keasikan main game, atau ditahan saja sama dia karena malu kalau nangis. Dirumah sunatan, sistem yang dipakai adalah smart klep (googling aja teknologinya), katanya ditemukan di Turki. Ternyata prosesnya juga tidak lama, hanya 10-15 menit saja. Tambahan hanya diberikan obat penghilang rasa nyeri yang dimasukkan melalui pantat.
![]() |
Hore Aku Sudah Sunat |
Seperti sudah diperkirakan sebelumnya, sebagus-bagus obat penenang, kalo dosisnya sudah habis, tetapi saja akan terasa. Sesampai dirumah, mungkin karena efek obatnya sudah habis, timbul rasa sakit. Akhirnya Fashal menangis juga.... walau tidak seheboh kakaknya, Laskar. Nangisnya sebentar saja, dan langsung senyum setelah di persen sama abang dan kakak nya. Wow masing-masing abang dan kakaknya kasih 50 ribu. Itu uang hasil dari bantu umi dan abi kerja gotong royong dirumah. Semakin mantab setelah Abi ikut persen dan lanjut sama Umi. Tidak dikira ternyata tetangga kiri kanan juga pada datang untuk persen. Senangnya hati ku ....... sekarang tinggal nunggu persen dari Cipondoh.
Lengkong, 18 Juni 2015, 1 Ramadhan 1436 H
Comments
Post a Comment